![]() |
Kapolres ketika berdialog dengan warga |
Ruang dapur menjadi ruang tamu bagi masyarakat Tengger. Mereka biasa
bercengkrama bersama keluarga di dapur karena ada perapian untuk
memanaskan badan mengingat cuaca yang sangat dingin di wilayah
tersebut.
Selain itu, ada budaya tahunan yang dikenal dengan KARO. Dimana selama
14 hari masyarakat tengger tidak boleh keluar dari desanya. Selama 14
hari itu, 7 hari digunakan untuk mempersiapkan acara KARO dan 7 hari
kegiatan adatnya.
Dimana dalam 7 hari itu mereka harus datang kerumah - rumah warga
tetangga sekitar, semacam kegiatan silaturahmi orang muslim pada saat
lebaran. Setiap orang yang mengunjungi rumah mereka wajib untuk
mencicipi makanan yang sudah disiapkan 7 hari sebelumnya. Dalam sehari
mereka bisa mendatangi sampai 100 rumah.
Bertanam sayur menjadi mata pencaharian bagi warga setempat. Ditanah
dengan kemiringan mencapai 70 derajat, petani di wilayah ini bercocok
tanam.
Selain itu, budaya masyarakat Tengger tidak kalah uniknya seperti
menerima tamu didapur, kumpulan orang - orang membuat api unggun setiap
malam, budaya karo setiap tahun dan budaya adat unan - unan setiap 5
tahun.
Kapolres Lumajang AKBP DR Muhammad Arsal Sahban SH SIK MM MH,
menyempatkan diri bertatap muka dengan warga dan bercengkrama denga
warga suku Tengger, Senin (6/5/2019).
Kapolres berkeinginan, dari sektor wisata yang menurutnya istimewa
tersebut, akan mendulang manfaat merobah stigma Lumajang dari kota begal
menjadi kota wisata dan menopang ekonomi warganya sehingga menepis
pikiran berbuat kriminal.
"Gongnya adalah wisata B-29 Desa Argosari," ucap Kapolres.
"Mudah - mudahan kelak argosari dan wilayah - wilayah lainnya di
Lumajang bisa menjadi wisata unggulan di Indonesia. Sehingga bisa
meningkatkan taraf hidup masyarakat Lumajang dengan penghasilan yang
cukup. Kriminalitas dengan sendirinya menurun bila pendapatan masyarakat
cukup," tukas Kapolres.
0 Komentar